![]() |
Add caption |
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Gatot Nurmantyodiajukan Presiden Joko Widodo ke DPR untuk menjadi Panglima TNI. Pilihan itu sekaligus memupus keinginan TNI Angkatan Udara menempati pucuk pimpinan TNI.
Gatot merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1982 yang memiliki karier cukup moncer di dunia militer. Dia ditempatkan dalam kesatuan infantri baret hijau Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Presiden Jokowi menyampaikan alasannya mengusung Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon Panglima TNI. Jika diloloskan DPR, Gatot akan menggantikan Jenderal Moeldoko yang akan pensiun Juli nanti.
"Saya sampaikan bahwa pencalonan panglima hak prerogatif presiden. Saya gunakan kewenangan saya sebagai panglima tertinggi TNI untuk mencalonkan KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo dan itu sudah melalui pertimbangan," kata Jokowi, Rabu (10/6).
Gatot sendiri tak berkomentar banyak soal penunjukan dirinya menjadi calon Panglima TNI. Dia hanya mengucapkan terima kasih dan meminta doa kepada semua pihak agar seluruhnya berjalan lancar.
Berikut kelebihan Jenderal Gatot sehingga dipilih Jokowi:
1. Jenderal
berprestasi
Merdeka.com - Ketua MPR Zulkifli Hasan menyebut Kasad
Jenderal Gatot Nurmantyo adalah tentara yang sangat profesional dan memiliki
banyak prestasi. Atas dasar ini, ia mendukung secara penuh penunjukan Gatot
sebagai calon Panglima TNI.
"Saya kenal betul Pak Gatot. Beliau sangat profesional
dan punya banyak prestasi. Beliau adalah kandidat yang tepat untuk Panglima
TNI," kata Zulkifli dalam keterangannya, Rabu (10/6).
Zulkifli Hasan tidak mempermasalahkan Panglima TNI kembali
diisi matra dari Angkatan Darat (AD). Sebab, penunjukan Panglima TNI adalah hak
prerogatif presiden.
"Siapa yang diusulkan presiden, apakah dari Angkatan
Darat, Angkatan Laut, atau Angkatan Udara atau apakah digilir atau tidak adalah
hak prerogatif presiden," ujarnya.
2. Gatot bukan
jenderal di belakang meja
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo ( Jokowi) telah menunjuk
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon
Panglima TNI. Gatot akan menggantikan Jenderal Moeldoko yang akan memasuki masa
pensiunnya pada 8 Juli mendatang. Pergantian ini sekaligus memupus harapan agar
tongkat kepemimpinan ditunjuk berdasarkan urutan matra.
Pengamat pertahanan Ridlwan Habib penunjukan Gatot tersebut
tak lepas dari gaya kepemimpinannya yang dekat dengan prajurit TNI. Meski
berada di puncak pimpinan Angkatan Darat, Gatot tak segan turun dan
bersama-sama anak buahnya di lapangan.
"Ini bukan soal urut matra, tapi soal gaya leadership
yang dibutuhkan Presiden untuk memimpin TNI. Pak Gatot bukan tipe jenderal di
belakang meja, beliau ikut turun dan bersama-sama prajuritnya," ujar
Ridlwan kepada merdeka.com, Jakarta, Rabu (10/6).
Ridlwan meyakini, gaya kepemimpinan inilah yang membuat
Jokowi, sapaan Presiden Joko Widodo, tersentuh. Salah satunya adalah
keterlibatan TNI AD yang terjun langsung untuk membangun rumah murah, perbaikan
jalan rusak, membersihkan sungai dan pantai.
Tak hanya itu, kegiatan TNI AD di masa kepemimpinan Gatot
Nurmantyo sebagai Kasad adalah dengan ikut turun ke sawah dan membantu petani
menanam padi. "Ini lebih disukai Pak Presiden Jokowi. Harus dipahami
suasana hati dan tipe kepemimpinan pak Jokowi yang bukan berasal dari
tentara," tandasnya.
3. Jenderal Gatot
bukan prajurit karbitan
Merdeka.com - Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya menilai
calon Panglima TNI, Kasad Jenderal Gatot Nurmantyo bukanlah sosok sembarangan.
Dia menilai Gatot memang pantas menggantikan Jenderal Moeldoko yang akan
memasuki masa pensiun.
Sebab, Gatot ditunjuk sebagai calon Panglima TNI didasari
atas kinerjanya yang brilian.
"Gatot bukan perwira karbitan, yang sampai pada posisi
sekarang itu karena bersatu, karena kinerja dan capaian-capaian lainnya,"
kata Tantowi di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (10/6).
Tantowi belum memastikan kapan Komisi I DPR akan menggelar
fit and proper test terhadap lulusan Akmil tahun 1982 itu. "Ya sekarang
kan baru Selasa, belum tahu. Kita harus rapat internal dulu untuk menentukan
ini," katanya.
4. Jenderal Gatot tak
punya catatan pelanggaran HAM
Merdeka.com - Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan
Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar menduga alasan Presiden Jokowi menunjuk
Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjadi calon Panglima TNI untuk menjaga
stabilitas politik. Sebab, menurutnya, hanya Angkatan Darat yang bisa menjaga
stabilitas nasional.
"Pak Gatot enggak ada catatan pelanggaran HAM. Namun
ini mengubah skema permainan yang harusnya jatah Angkatan Udara tapi yang
diangkat Angkatan Darat," ujar Haris usai mengikuti sidang pengujian UU
KPK di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (10/6).
Haris juga menyesalkan Presiden Jokowi tak memberikan
penjelasan yang signifikan terhadap penunjukan Kasad Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo menjadi calon Panglima TNI. Presiden Jokowi hanya menyebutkan
penunjukan Gatot hak prerogatifnya sebagai presiden.
"Kebiasaan ini sejak zaman Gus Dur karena Angkatan
Darat banyak jadi penopang kasus HAM dan Demokrasi. Mau diubah enggak masalah
tapi apa alasannya harus jelas," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar